Hmm…
Terpaku membisu dalam keheningan malam, ingin rasanya ku menjerit dalam kesunyian, namun apa daya. Untuk apa ku menjerit dalam kesunyian, tak akan ada pula yang dapat mendengar jeritanku meski dalam kesunyian, mereka semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Mungkin hanya Tuhan yang dapat mendengar semua keluh kesahku. Berulan–bulan yang lalu aku memiliki seorang sahabat yang sangat baik hati-hati, telah lama ku mengenal sosok sahabatku, sahabat yang selalu ada untukku, semua keluh kesah ku ceritakan padanya.Karena hanya dia yang dapat mengerti aku. Susah senang kita jalani bersama, sejak ku duduk di bangku perkuliahan dialah yang pertama membuatku berubah menjadi sosok yang dewasa dan tak kekanak–kanakan lagi. Aku dan dia memang memiliki sisi yang berbeda sangat jauh bagai langit dan bumi, tapi dengan perbedaan itulah yang membuat kita akhirnya bersatu dan hingga kini kita masih menjadi sahabat.
Suatu ketika sahabatku tak memberiku kabar hingga 2 bulan lamanya, entah ke mana dia pergi, menghilang begitu saja seperti ditelan bumi. Setiap hari aku selalu memberinya kabar melalui sms, menelepon. Tiap kali aku sms tak pernah dibalasnya, ku telepon nomor hp-nya tak pernah aktif. Aku penasaran saja mengapa dia tak memberiku kabar hingga 2 bulan lamanya. 1 minggu sebelum dia menghilang dia bilang bahwa dia akan pergi dari hadapanku dengan waktu yang cukup lama. Ahh aku tak percaya dia akan pergi dalam waktu yang lama, paling hanya pulang kampung saja.
“San, kamu jaga diri baik-baik di sini ya?” ucap sahabatku.
“loh setiap saat kan aku selalu jaga diriku baik-baik kok, lagian aku udah gede bukan lagi anak kecil” ucapku.
“Ehmm.. kamu nih bisa sedikit serius gak sih? aku ini minta kamu jaga diri kamu baik-baik karena jika suatu saat aku pergi kamu bisa jaga diri kamu sendiri tanpa aku, sahabatku yang selalu nemenin kamu!” ucap sahabatku dengan nada kesal.
“loh kamu mau ke mana? ikut dong, mau pergi berapa lama? lagian kita kan bentar lagi libur semester, waktunya cukup lama juga buat pergi-pergi, aku ikut ya? masa kamu mau ninggalin sahabat sebaik, secantik dan seimut aku gini sih?” tanyaku dan mencoba mengolok supaya aku ikut dengannya.
“Ya ampun saaaan, pemikiran kamu ini emang gak bisa dewasa ya! maksud aku pergi itu bukan berarti pergi main-main, tapi ada urusan penting yang mengharuskan aku pergi” ucapnya kesal. “kenapa kamu harus pergi dari aku sih, kalau aku nanti kenapa-napa gimana? kamu gak kasihan sama aku apa?”
“iyaa Santi sayang, aku sayang kamu, kamu udah nemenin hari-hariku selama ini, ya meski aku nanti pergi dalam waktu yang lama ku harap kamu baik-baik di sini, aku yakin kamu bias jaga diri kamu, jangan nakal-nakal, aku ini sahabat kamu, kalau kamu kenapa-kenapa di sini aku pasti bisa merasakannya” ucapnya serius.
“Ya sudah kalau memang kamu ingin pergi ya pergi saja, tapi ingat kamu juga di sana baik-baik, aku juga sahabat kamu, jadi kalau kamu di sana kenapa-Kenapa aku juga pasti bisa merasakannya, aku sayang kamu juga sahabatku.”
Hmmm.. entah apa yang harus ku lakukan, aku memang bisa hidup tanpanya, tapi kini aku sangat kesepian tanpanya, 2 bulan lamanya dia menghilang, hingga kini dia tak kunjung mengabariku, aku semakin cemas. “apa sih yang kamu lakukan di sana? aku hanya berharap dan berdoa pada Tuhan supaya kamu baik-baik di sana, kamu selalu ingat aku sahabatmu di sini, serta kamu cepat kembali bersamaku” ucapku dalam hati yang mengharapkan dia cepat kembali.
Aku memang sudah kenal lama dengannya, tapi selama aku kenal dengan dirinya tak pernah diberitahu akan kampung halamannya, setiap ku tanyakan di mana kampung halamannya dia selalu menjawab sangat jauh, kamu gak akan kuat untuk pergi kesana dalam waktu 2-5 hari, katanya. Yaah mungkin tempat tinggal dia di luar pulau mungkin dan sangat jauh, makanya dia gak mau kalau aku ke sana dan gak akan pernah memberitahuku akan tempat tinggalnya, karena gak mau buat aku lelah saat di perjalanan, gumamku dalam hati.
Hari demi hari, bulan demi bulan ku lalui tanpanya, seakan ku hampa tanpa kehadiran sosok sahabat yang ku sayang itu. Entah ke mana dia pergi, kini dia sudah tak lagi bersamaku, dia sudah tak pernah kembali padaku, tak pernah kembali ke kampus yang tercinta ini. Aku lelah mencarinya yang tak kunjung mendapatkan kabar, aku putuskan untuk berhenti mencarinya, karena aku berpikir dia sudah lupa denganku. Hingga 1 tahun kemudian tiba–tiba dia muncul di hadapanku, aku tersentak kaget, antara perasaan senang, bahagia, sedih, dan kesal semua menjadi satu. Aku tak percaya dia akan kembali padaku. Aku langsung memeluk erat dirinya, karena aku sangat rindu padanya. Tapi.. semua di luar dugaan, saat aku memeluk erat dirinya, dia melepaskan pelukanku dan mendorongku seakan dia tak mengenalku.
“hei! kamu siapa tiba–tiba memelukku seperti itu? kita juga gak pernah kenal kan sebelumnya?” tanyanya dengan kesal sekaligus bingung.
“loh, kamu kenapa sih? ohh jadi gitu cara kamu melupakan sahabatkamu yang selalu ada buat kamu! Kamu jahat banget sih, sudah satu tahun kamu menghilang, bukannya ngasih kabar! sekarang kita dipertemukan bukannya seneng, malah dorong aku, kamu jahat!” ucapku dengan keheranan sekaligus marah padanya.
“Sahabat! kita kan baru ketemu, masa udah jadi sahabat, yang bener aja dong, kamu lagi sakit nih ya? bisa-bisanya bilang kita kalau kita sahabat” ucapnya dengan kesal.
“Ya ampuuuun, tega banget sih kamu bisa lupain aku semudah itu, ya udah terserah kamu aja deh, mau kenal apa enggak yang penting aku seneng banget kamu sudah kembali sama aku dan aku masih tetep sayang kamu sahabatku” ucapku sembari meninggalkan dia pergi.
Mentari pun kian menghilang di ufuk barat, menandakan siang kan berlalu dan malam kan datang. Seperti biasa aku selalu diam dalam kamar dan belajar. Teringat akan hal yang terjadi di kampus tadi, “aku heran kenapa dia seperti itu, kenapa dengan mudahnya dia melupakanku? apa mungkin aku sudah tak ada lagi di hati dan pikirannya sebagai sahabatnya? ahh sudahlah, mungkin dia cuma bercanda, aku besok temui dia saja deh di kampus” gumamku. Akhirnya ku tertidur dengan lelap hingga sang surya menebarkan senyum hangatnya.
Aku bergegas mandi dan menuju kampus dengan cepat karena sudah tak sabar ingin bertemu dengan sahabatku tersayang. Tibanya ku di kampus, aku langsung menemuinya, dia biasa duduk di bawah pohon rindang dekat parkiran motor sebelum dia masuk kelas. Namun, dia tetap heran kenapa aku selalu menemuinya, tiba–tiba dia memperkenalkan dirinya, aku kaget mendengar namanya karena nama itu bukan nama sahabatku yang ku kenal dulu. Aku memperlihatkan fotoku dengan sahabatku kepadanya, dia pun kaget dan heran.
“Oh ya aku punya foto sahabatku, ini foto sahabat yang aku sayang” ucapku.
“loh, kok sama sih, aku kan gak punya kembaran kok” ucapnya dengan kebingungan.
“Aku juga tak mengerti mengapa semua ini terjadi, aku heran dengan semuanya, atau mungkin kita ditakdirkan untuk bertemu? mau kan kamu jadi teman aku, dan untuk kemarin aku memelukmu, maaf aku gak sengaja, karena kamu sama persis dengan sahabatku” ucapku.
“iya gak apa–apa kok, justru aku yang harusnya minta maaf sama kamu, karena aku udah dorong kamu kemarin” ucapnya.
Kami pun akhirnya berteman, meski ku takut dia nantinya akan pergi meninggalkanku. Hari demi ku lalui bersamanya, aku mencoba menceritakan semua yang terjadi antara aku dan sahabatku. Temanku pun bisa menenangkan aku, sama halnya dengan sahabatku, dia selalu menenangkan aku. Sikapnya itu sama persis dengan sikap sahabatku, hanya nama yang berbeda darinya, mungkin inilah sosok yang akan menemaniku nanti. Lama–kelamaan aku mencari tahu tentang tempat tinggal temanku itu. Temanku ini memberitahu di mana dia tinggal, dan katanya kapan-kapan aku akan diajak ke rumahnya. Syukurlah dia tak sama dengan sahabatku yang sulit sekali menunjukkan tempat tinggalnya padaku. Bulan depan aku diajak oleh temanku itu ke rumahnya, dia kenalkan aku dengan orangtuanya, aku heran kenapa dia memperkenalkan aku dengan orangtuanya, padahal kita kan hanya sebatas teman gak lebih.
Di bulan–bulan berikutnya dia menunjukkan sikap yang berbeda dari biasanya, dia selalu memberikan perhatian lebih dari biasanya, halnya kalau aku ini pacarnya. Tiba–tiba saat aku sedang duduk melamun di bawah pohon rindang, dia memberikan aku setangkai bunga mawar, aku kaget dengannya kenapa tiba–tiba dia memberikan aku bunga. Ternyata selama ini dia suka sama aku semenjak pertama kali kita bertemu, setelah ku pikir–pikir aku juga memang suka dengannya. Tak selang beberapa hari kita pun akhirnya resmi berpacaran. Hari–hari yang kami jalani begitu indah dan sangat bahagia hingga aku melupakan sosok sahabat yang selama ini aku sayang. Kini bukan hanya sahabatku dulu yang ku sayang, tetapi aku juga sayang dan cinta dengan pacarku kini.
Berbulan–bulan kita berpacaran, pacarku secara tiba–tiba mengajakku untuk pergi ke pantai untuk melihat sunset, aku seneng banget bisa melihat sunset dengannya, karena ini mengingatkanku kembali pada sosok sahabatku yang dulu. “sayang, liburan semester nanti kita ke pantai yuk? kita lihat sunset” tanyanya.
“Beneran kamu mau ajak aku ke pantai dan melihat sunset? kamu tahu gak, secara tak sadar aku kembali mengingat sahabatku, yang dulu dia pernah berjanji akan mengajakku pergi ke pantai untuk melihat sunset” ucapku.
“waah yang bener sayang? ya syukur kalau gitu, nantinya sunset itu akan menjadi obat penawar rindu pada sahabatmu itu” ucapnya.
“iyaa, betul juga tuh” ucapnya dengan membuat hatiku makin bahagia.
Liburan semester pun akhirnya tiba, tak sabar rasanya inginku cepat–cepat ke pantai untuk melihat sunset. Keesokan harinya aku segera bersiap–siap untuk menuju pantai, aku dan pacarku berangkat tepat pada pagi hari karena perjalanan menuju pantai cukup memakan waktu yang lama. 5 jam kami berada di perjalanan akhirnya sampai juga ke tempat tujuan kami yaitu pantai. Sesampainya di sana kami pun langsung menuju tempat penginapan, karena perjalanan yang cukup melelahkan itu kami pun beristirahat di kamar masing–masing. Hingga tepat jam 5 sore kami bergegas menuju pantai untuk menikmati pemandangan sore hari di pantai yang indah serta melihat sunset. Kami sempat berbincang–bincang di sana.
“Sayang, lihat deh sebentar lagi matahari akan bersembunyi di ufuk barat, cahayanya akan segera menghilang” ucapnya.
“Iya betul juga, kita lihat lebih dekat yuk keindahan senja di sore hari ini” ucapnya. Namun tiba–tiba saat aku melihat mentari yang tersipu malu itu ku lihat ada bayangan seseorang yang sepertinya aku mengenal betul akan sosok bayangan yang aku lihat itu. Aku tersentak kaget saat melihat sosok yang ada 5 meter di hadapanku itu.
“Ya Tuhan, siapa dia? sepertinya dia sudah tak asing lagi di mataku,” ucapku. Tapi aku hanya dapat melihat bayangan hitam itu, karena mentari kan segera bersembunyi hingga yang tampak di hadapanku itu hanya bayangan saja. Pacarku pun kaget melihataku yang tiba–tiba terdiam. Hatiku berdetak begitu kencang hingga sulit untukku bernafas ketika lambat laun bayangan itu kian menjauh pergi, karena aku penasaran akan bayangan yang ada di hadapanku itu, aku bergegas berlari menuju bayangan dengan mengajak pacarku juga untuk ikut mendekati bayangan hitam. Namun pacarku sepertinya tak mengetahui bahwa aku melihat sosok sahabatku di depan sana.
Akhirnya aku berlari sendirian mendekati sosok bayangan hitam dan pacarku pun mengikuti di belakangku, meski dia tak tahu apa yang sedang aku kejar. Langkah demi langkah ku dekati bayangan hitam, namun bayangan itu semakin menjauh dan tiba–tiba menghilang, aku lelah mengejarnya karena tak juga dapat mendekati bayangan itu, dia semakin saja menjauh dari hadapanku. Aku terdiam dan menangis ketika aku tak mendapatkan sosok bayangan yang tadi aku lihat. Pacarku pun kemudian melihatku yang menangis dan langsung memelukku, menanyakan kenapa aku tiba–tiba berlari dan kemudian menangis.
Aku yang masih saja menangis melihat sosok yang aku kira sahabatku itu menghilang untuk kedua kalinya. Lambat laun aku coba bercerita kepada pacarku apa yang sedang aku kejar dan kenapa aku menangis. Pacarku pun memeluk erat kembali tubuhku dan menenangkan aku. Pacarku berkata, “mungkin dia kembali sebagai sosok bayangan hanya sekedar melihatmu bahagia bersamaku, orang yang kini memelukmu, orang yang kini kamu sayang, dia yang kata kamu dahulu sering menemanimu, yang sering mengertimu, kini akulah penggantinya meski berbeda, tapi aku akan selalu berusaha menemanimu, menjagamu, mengertimu, mencintaimu dan menyayangimu, kamu mau kan hidup denganku selamanya? kamu mau kan menjadi pendamping hidupku, dan kamu mau kan jadi istriku?” ucapnya yang sangat serius itu membuat aku berhenti menangis.
“Menjadi istrimu? asal kamu bisa menyayangiku dengan tulus serta menerimaku apa adanya, aku bersedia untuk menjadikanmu imam dalam keluargaku” jawabku dengan keseriusan pula. Pacarku kemudian melepaskan pelukannya dan kemudian dia bertekuk lutut serta memberikanku cincin yang sangat indah, sembari berkata, “Will you marry me?” Aku pun terdiam dan membisu saat dia menyatakan hal itu untuk pertama kalinya dengan suasana yang romantis dan di hadapan orang banyak saat itu, di saat tepat sang mentari telah hilang di ufuk barat.
Aku menerima lamarannya saat itu dan aku bahagia sekali akhirnya ada orang yang benar–benar tulus dan serius denganku. Kemudian kami pun berpelukan mesra untuk sesaat. Namun yang masih aku pertanyakan ialah ke mana sahabatku menghilang? serta siapakah bayangan hitam yang tadi aku lihat? apa benar bahwa sahabatku itu menghilang dan menggantikan aku dengan sosok pacar yang mirip dengamu agar aku masih dapat merasakan kehadiran sosok sahabatku dalam raga pacarku yang kini menjadi tunanganku? gumamku dalam hati. Hmmm.. entahlah, ini memang misteri yang tak akan pernah bisa aku pecahkan, tapi yang pasti aku bahagia dengannya meski aku tak tahu kenapa sahabatku pergi secara tiba-tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar