Kabupaten Kuningan
Kabupaten Kuningan, adalah sebuah
kabupaten di
Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Ibukotanya adalah
Kuningan.
Asal nama Kuningan
Sejarah
Masa Pra sejarah
Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan
manusia di daerah Kuningan, hal ini berdasarkan pada beberapa
peninggalan kehidupan pada zaman pra sejarah yang menunjukkan adanya
kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu besar yang merupakan
peninggalan dari kebudayaan Megaliticum. Bukti peninggalan tersebut
dapat dijumpai di Kampung
Cipari Kelurahan
Cigugur
yaitu dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972,
berupa alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar,
kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada
masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan
tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Situs Cipari
mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoleticum dan awal
pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500
M. Pada waktu itu masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta
kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (
animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan adat dari batu-batu besar dari zaman megaliticum.
Masa Hindu
Dalam carita
Parahyangan
disebutkan bahwa ada suatu pemukiman yang mempunyai kekuatan politik
penuh seperti halnya sebuah negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan
tersebut berdiri setelah
Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang kemudian bergelar
Rahiyang Tangkuku atau
Sang Kuku yang bersemayam di
Arile atau
Saunggalah.
Seuweukarma menganut ajaran
Dangiang Kuning dan berpegang kepada
Sanghiyang Dharma (Ajaran Kitab Suci) serta
Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan
Kuningan pada zaman kekuasaan
Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri
Melayu. Pada saat itu masyarakat
Kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah pimpinan
Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama. Berdasarkan sumber carita
Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu
Sang Wulan -
Sang Tumanggal - dan
Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di
Kuningan (=
Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di
Kuningan sebagaimana konsep
Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku
Sunda Buhun.
Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut adat tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai
Sang Rama,
Sang Resi, dan
Sang Ratu.
Sang Rama bertindak selaku pemegang kepala adat,
Sang Resi selaku pemegang kepala agama, dan
Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan
Kuningan
waktu dikendalikan tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang
gemah ripah lohjinawi, tata tentrem kerta raharja, karena masing-masing
dijalankan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tata aturan hukum/masalah
adat selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu
juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Ketika
Kuningan diperintah Resiguru Demunawan pun (menantu Sang Pandawa), Kerajaan Kuningan memiliki status sebagai Kerajaan Agama (
Hindu). Hal ini nampak dari ajaran-ajaran Resiguru Demunawan yang mengajarkan ilmu
Dangiang Kuning - keparamartaan, sehingga
Kuningan waktu menjadi sangat terkenal. Dalam naskah carita
Parahyangan disebutkan kejayaan
Kuningan waktu diperintah Resiguru Demunawan atau dikenal dengan nama lain Sang Seuweukarma (penguasa/pemegang Hukum) atau
Sang Ranghyangtang Kuku/
Sang Kuku, kebesaran
Kuningan melebihi atau sebanding dengan Kebesaran Galuh dan
Sunda (
Pakuan). Kekuasaannya meliputi
Melayu, Tuntang, Balitar, dan sebagainya. Hanya ada 3 nama tokoh raja di Jawa Barat yang berpredikat
Rajaresi, arti seorang pemimpin pemerintahan dan sekaligus ahli agama (resi). Mereka itu adalah:
- Resi Manikmaya dari Kerajaan Kendan (sekitar Cicalengka - Bandung)
- Resi Demunawan dari Saunggalah Kuningan
- Resi Niskala Wastu Kencana dari Galuh Kawali
Perkembangan kerajaan
Kuningan selanjutnya seakan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi.
Kuningan pada waktu itu menganut agama
Hindu di bawah pimpinan
Rakean Darmariksa dan merupakan daerah otonom yang masuk wilayah
kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama
Pajajaran.
Cirebon juga pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan
Pajajaran, namun pada abad ke-15
Cirebon sebagai kerajaan
Islam menyatakan kemerdekaannya dari
Pakuan Pajajaran.
Masa Islam
Sejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan
Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke
Cirebon seorang ulama besar agama
Islam yaitu
Syeh Syarif Hidayatullah putra
Syarif Abdullah dan ibunya
Rara Santang atau
Syarifah Modaim putra
Prabu Siliwangi. Syarif Hidayatullah adalah murid
Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama
Sunan Ampel yang memimpin daerah ampeldenta di
Surabaya. Kemudian
Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh
Sunan Ampel untuk menyebarkan agama
Islam di daerah
Jawa Barat, dan mula-mula tiba di
Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan
Cirebon dipegang oleh
Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi
Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada
Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama
Islam, pada tahun 1481 Masehi
Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah
Luragung, Kuningan yang masuk wilayah
Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh
Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan
Ki Gedeng Kasmaya dari
Cirebon, selanjutnya
Ki Gedeng Luragung memeluk agama
Islam.
Pada waktu
Syeh Syarif Hidayatullah di
Luragung, Kuningan, datanglah
Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri
Cina (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke
Luragung, Kuningan, dari
Ratu Ontin Nio alias
Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama
Pangeran Kuningan. setelah dari
Luragung, Kuningan,
Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal
Ki Gendeng Kuningan di
Winduherang, dan menitipkan
Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada
Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri
Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu
Ki Gendeng Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan
Pangeran Kuningan namanya
Amung Gegetuning Ati yang oleh
Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi
Pangeran Arya Kamuning serta dia memberikan amanat bahwa kelak dimana
Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi
Adipati Kuningan.
Setelah
Pangeran Kuningandan
Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi,
Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar
Pangeran Arya Adipati Kuningan (
Adipati Kuningan) dan dibantu oleh
Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan
Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi
Kuningan
Masuknya Agama
Islam ke
Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pemimpin
Kuningan yang berasal atau mempunyai latar belakang agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar saudara kandung
Syekh Datuk Kahfi, yang akhirnya menikahkan putranya, bernama
Syekh Maulana Arifin saudara sepupu
Pangeran Panjunan, dengan
Nyai Ratu Selawati penguasa
Kuningan waktu itu putri Pangeran Surawisesa cucu
Prabu Siliwangi yang juga menantu Prabu Langlangbuana. Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari
Hindu ke
Islam yang memang berjalan dengan damai melalui ikatan perkawinan. Waktu itu di
Kuningan
muncul pedukuhan-pedukuhan yang bermula dari pembukaan-pembukaan pondok
pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh
Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga diantaranya pesantren
Lengkong oleh
Haji Hasan Maulani.
Pasca Kemerdekaan
Kuningan menjadi tempat dilaksanakannya
Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilakukan di Jakarta maupun di
Yogyakarta
(ibukota sementara RI), maka diambil jalan tengah jika perjanjian
diadakan di Linggarjati, Kuningan. Hari Minggu pada tanggal 10 November
1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Ia berangkat dari Jakarta menumpang
kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Ia tidak berkeberatan menginap
di Hotel Linggarjati yang sekaligus menjadi tempat perundingan.
Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal
terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari
“Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang kemudian
menjadi hotel terapung selama perjanjian berlangsung. Delegasi Indonesia
yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, sebuah desa
dekat Linggarjati. Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden
Muhammad Hatta
sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan
perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord
Kilearn, penengah berkebangsaan Inggris.
Letak dan pembagian administrasi
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47
Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya
terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 -
108° 40 Bujur Timur.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya
Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan
Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.
Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat
berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota
Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan
Bandung-
Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan
Pembagian administrasi
Kabupaten Kuningan terdiri atas 32
kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361
desa dan 15
kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan
Kuningan.
Berikut adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan:
Topografi
Permukaan tanah Kabupaten
Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama
Kuningan
bagian Barat dan bagian Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700
meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang agak rendah seperti
wilayah
Kuningan bagian Timur dengan ketinggian antara 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut.
Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten Kuningan
No |
Ketinggian (dpl) |
Luas (Ha) |
Luas (%) |
1 |
< 150 |
25.394,677 |
21,24 |
2 |
150-1.500 |
91.297,631 |
76,35 |
3 |
> 1.500 |
2.878,812 |
2,41 |
Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara,
oleh sebab itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang menentukan
dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman
menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang
bersangkutan.
Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten
Kuningan
terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng,
lembah dan pegunungan. Karakter tersebut memiliki bentang alam yang
cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial bagi pengembangan
pariwisata.
Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten Kuningan
No |
Kemiringan (%) |
Luas (Ha) |
Luas (%) |
1 |
0 - 8 |
61.803,849 |
51,69 |
2 |
8 - 15 |
24.924,035 |
20,84 |
3 |
15 - 25 |
18.437,778 |
15,42 |
4 |
25 - 40 |
10.583,776 |
8,85 |
5 |
> 40 |
3.821,682 |
3,20 |
Sebagian besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan
sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh
terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi
terhadap erosi.
Tingkat kepekaan terhadap erosi disebabkan ketidaksesuaian antara
penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga berakibat rusaknya proses
fisika, kimia dan biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas tingkat kepekatan
terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan,
pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah.
Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu :
- Sangat Peka : 14.258,42 Ha
- Peka : 17.568,96 Ha
- Agak Peka : 20.473,43 Ha
- Kurang Peka : 21.845,69 Ha
- Tidak Peka : 36.307,00 Ha
Jenis Tanah
Berdasarkan penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7
(tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol,
Mediteran, Latosol dan Regosol.
- Golongan tanah Andosol terdapat di bagian barat kecamatan Kuningan yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh, pinus dan apel.
- Golongan tanah Alluvial terdapat di bagian timur Kecamatan Kuningan, Kecamatan Kadugede bagian utara, Kecamatan Lebakwangi bagian utara, Kecamatan Garawangi dan Kecamatan Cilimus cocok untuk tanaman sawah, palawija dan perikanan.
- Golongan tanah Podzolik terdapat di bagian selatan kecamatan Kadugede, bagian timur kecamatan Ciniru, bagian timur kecamatan Luragung, bagian selatan kecamatan Lebakwangi dan kecamatan Ciwaru cocok untuk ladang dan tanaman keras.
Tabel Luas jenis tanah di Kabupaten Kuningan
No |
Jenis tanah |
Luas (Ha) |
Luas (%) |
1 |
Alluvial kelabu |
4.080,00 |
3,46 |
2 |
Regosol coklat kelabu |
700,00 |
0,59 |
3 |
Asosiasi Regosol kelabu + coklat kelabu + latosol |
4.072,98 |
3,46 |
4 |
Asosiasi andosol coklat + regosol coklat |
4.560,00 |
3,87 |
5 |
Gromosol kelabu tua |
1.840,00 |
1,56 |
6 |
Asosiasi Gromosol kelabu kekuningan + Gromosol coklat kelabu + regosol kelabu |
13.204,31 |
11,20 |
7 |
Asosiasi mediteran coklat + latosol |
11.569,31 |
9,82 |
8 |
Latosol coklat |
890,00 |
0,76 |
9 |
Latosol coklat kemerahan |
13.803,69 |
11,71 |
10 |
Asosiasi Latosol coklat + regosol |
19.232,47 |
16,32 |
11 |
Asosiasi podzolik kuning + hidromorf |
11.765,55 |
9,98 |
12 |
Asosiasi podzolik merah kekuningan + latosol merah kekuningan |
13.825,82 |
11,73 |
13 |
Kompleks podzolik merah kekuningan + podzolik kekuningan + regosol |
18.313,42 |
15,54 |
Demografi
Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak
1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48%
pertahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk laki-laki
sebanyak 580.796 orang dan penduduk perempuan sebanyak 564.801 orang
dengan
sex ratio sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk
Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti
Jakarta,
Bandung,
Yogyakarta dan sebagainya.
Penduduk Kuningan umumnya menggunakan
bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk
Kuningan beragama
Islam sekitar 98% (di daerah desa
Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran
Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen
Katolik yang tersebar di wilayah
Cigugur,
Cisantana,
Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama
Protestan dan
Budha yang kebanyakan terdapat di kota
Kuningan. Di wilayah
Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda.
Sebagain besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai
petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai
Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun
2007 kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu
mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan
antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia
65 tahu ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64
tahun), berarti pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di
Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak
produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta beberapa informasi
demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
No |
Informasi Demografi |
2005 |
2006 |
2007 |
1 |
Jumlah Penduduk |
|
|
|
|
Total |
1.069.448 |
1.089.620 |
1.102.354 |
|
Laki-laki |
534.415 |
542.645 |
549.118 |
|
Perempuan |
535.033 |
546.975 |
553.236 |
2 |
Laju Pertumbuhan Penduduk |
2,80 |
1,89 |
1,17 |
3 |
Sex Ratio |
99,8 |
99,2 |
99,3 |
4 |
Komposisi Umur |
|
|
|
|
0 - 14 |
287.231 |
287.962 |
280.119 |
|
15 - 54 |
714.032 |
726.846 |
734.830 |
|
65+ |
68.185 |
74.812 |
87.405 |
5 |
Angka Beban Tanggungan |
0,50 |
0,49 |
0,50 |
Pendidikan
Menurut data Suseda tahun 2009, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Kabupaten
Kuningan
mencapai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken adanya
perbaikan menjadi 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun
2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten
Kuningan sekitar 8,33 tahun meningkat menjadi 8,68 tahun pada tahun 2010.
Persentase penduduk Kabupaten
Kuningan
usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66
persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88
persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi
(Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun
ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan
tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi).
Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini
telah banyak ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan
khusus, diantaranya SLBN Kuningan.
Ekonomi
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Kuningan pada tahun 2011
mencapai 5,43% lebih tinggi dibanding dengan dua tahun sebelumnya yaitu
tahun 2009 sebesar 4,39% dan tahun 2010 sebesar 4,99%. Sedangkan Inflasi
di Kabupaten Kuningan pada tahun 2010 berdasarkan perhitungan Indeks
Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 6,70%. Sementara Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan sendiri berdasarkan harga
konstan tahun 2000 untuk tahun 2011 sebesar Rp. 4,2 Trilyun dan PDRB per
kapita berdasarkan harga konstan tahun 2000 pada tahun 2011 mencapai
Rp. 3,9 juta. Tingkat daya beli masyarakat Kuningan tahun 2010 menurut
data Suseda tercatat sebesar Rp. 549 ribu. Dan tingkat pengangguran di
Kabupaten Kuningan angkanya cukup besar yaitu mencapai 7,6% dari total
angkatan kerja. Lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Kuningan masih
didominasi oleh dua sektor ekonomi yaitu sektor pertanian dan
perdagangan. Sektor pertanian masih merupakan lapangan usaha yang paling
banyak menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2010 dari total penduduk
Kabupaten Kuningan yang bekerja, 39% bekerja di sektor pertanian dan 30%
di sektor perdagangan.
Seni dan Budaya
Sebagai wilayah yang berada di daerah Priangan timur, kabupaten
Kuningan kaya akan seni budaya
Sunda yang khas, berbeda dari wilayah
Sunda bagian barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kabupaten
Kuningan:
Tabel Seni dan Budaya di wilayah Kabupaten Kuningan
No |
Jenis Seni Budaya Tradisional |
Lokasi |
1 |
Cingcowong,Upacara minta hujan |
Kecamatan Luragung |
2 |
Sintren |
Desa Dukuhbadag |
3 |
Goong Renteng |
Kelurahan Sukamulya |
4 |
Tayuban |
Kecamatan Ciniru |
5 |
Pesta Dadung |
Kecamatan Subang |
6 |
Gembyung Terbangan |
Desa Cilaja |
7 |
Sandiwara Rakyat |
|
8 |
Wayang Golek |
|
9 |
Kuda Lumping |
Kelurahan Citangtu |
10 |
Reog |
Desa Cengal |
11 |
Calung |
Desa Cilaja |
12 |
Tradisi Kawin Cai |
Kecamatan Jalaksana |
13 |
Tari Buyung |
Kecamatan Cigugur |
14 |
Balap kuda Saptonan |
Kecamatan Kuningan |
Pemerintahan
Sebagai sebuah Kabupaten,
Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten
Kuningan
mengadakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bupati secara langsung.
Pilkada ini diikuti oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent
H.
Aang Hamid Suganda. Berikut adalah daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten
Kuningan
No |
Nama |
Periode |
1 |
Aom Adali |
1919-1921 |
2 |
Mohamad Ahmad |
1921-1940 |
3 |
R. Umar Said |
1940-1942 |
4 |
Rifai |
1942-1945 |
5 |
Noer (Bupati RI) |
1945-1951 |
6 |
Sodikin (Recomba) |
1947-1948 |
7 |
Holan (Recomba) |
1948-1949 |
8 |
Tikok Abdrurohman |
1951-1952 |
9 |
Sumitra |
1952-1954 |
10 |
TB amin Abdulah |
1954-1957 |
11 |
Yusuf (Pejabat) |
1957-1958 |
12 |
Saleh Alibasyah |
1958-1961 |
13 |
Uman Jatikusumah |
1961-1966 |
14 |
Suminta (Pejabat) |
1966-1967 |
15 |
R. Aruman Wirangganapati |
1967-1973 |
16 |
Karli Akbar |
1973-1978 |
17 |
R.H Unang Sunarjo S.H |
1978-1983 |
18 |
Drs. H. Moch. Djufri Pringadi |
1983-1988 |
19 |
Drs. H. Subandi |
1988-1993 |
20 |
H. Yeng D.S Partawinata SH |
1993-1998 |
21 |
Drs. H. Arifin Setiamihardja MM |
1998-2003 |
22 |
H. Aang Hamid Suganda, S.Sos. |
2003-2008 |
23 |
H. Aang Hamid Suganda, S.Sos. |
2008-2013 |
24 |
Hj. Utje Ch. Hamid Suganda, S.Sos., M.Ap. |
2013-2018 |
Sarana Prasarana
Total jalan darat di Kabupaten
Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km
Jumlah pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan
Cirebon)
Pelanggan PT. Telkom untuk daerah Kabupaten
Kuningan masuk ke dalam Kandatel
Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
- Rumah sakit terdapat 6 buah, 1 milik Pemda dan 5 milik swasta
- Puskesmas Pembantu = 70 buah
- Puskesmas = 28 buah
- Puskesmas dengan fasilitas tempat perawatan = 6 buah
- Balai pengobatan swasta = 33 buah
- 762 Pos Pelayanan Terpadu pratama
- 467 Pos Pelayanan Terpadu madya
- 89 Pos Pelayanan Terpadu purnama
- 7 Pos Pelayanan Terpadu mandiri
- Dokter umum 54 orang dan dokter spesialis 43 orang
- Dokter gigi 19 orang
- Bidan yang ada terdapat 321 orang bidan
- Sarana dan Prasarana Pendidikan
- Taman Kanak-Kanak : 211 buah
- Sekolah Dasar : 685 buah
- Sekolah Menengah Pertama : 88 buah
- Sekolah Menengah Umum 27 buah
- Sekolah Menengah Kejuruan : 31 buah
- Hotel Berbintang : 3 buah
- Hotel Non Berbintang : 35 buah
- Bank Pemerintah : 5 buah
- Bank Swasta : 7 buah
- Bank Pembangunan Daerah : 1 buah
- Bank Perkreditan Rakyat : 8 buah
Fasilitas Olahraga
Kuningan mempunyai salah satu stadion kebanggaan yaitu Stadion Mashud
Wisnusaputra yang merupakan markas dari tim kesayangan kota Kuningan
yaitu Pesik Kuningan. Pesik Kuningan saat ini bertanding pada Divisi I
PSSI. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion ini sangat
strategis karena dapat dicapai dari seluruh penjuru kabupaten. Stadion
Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton,
termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Pernah
dipakai sebagai homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League)
asal Bandung yaitu Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga
kerap dijadikan sebagai tempat latih tanding klub-klub peserta ISL
seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta. Untuk tahun 2013 dijadikan
sebagai hombase klub peserta ISL (Indonesia Super League) Persita
Tangerang. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat
gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan
atletik, juga terdapat wisma yang representatif.
Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Agung Mas salah satu kolam renang Olympic Size terbaik di Jawa Barat
Tujuan Wisata
Wisata Alam
Wisata Budaya
Wisata Hutan
- Desa Setianegara
- Desa Jabranti
Wisata Ziarah
Wisata Adat
Makanan Khas dan Cinderamata
Makanan dan Minuman: Opak Bakar KARTIKA, Peuyeum, Jeruk Nipis Peras,
Angling, Nasi Kasreng (Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono
(Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan
Raragudig, ketempling, rengginang.
Cinderamata
- Batu Ony
- Batu Granit
- Suiseki
- Bonsai
- Cincin
- Peti Antik
- Calung
Akses Transportasi
Angkot Dalam Kota
Bus Antar Kota
Tokoh-tokoh Kuningan
- Maria Ulfah Santoso, Menteri Sosial wanita pertama Republik Indonesia
- Edi Suhardi Ekadjati, Sejarawan, Guru Besar Universitas Padjajaran
- Mashud Wisnusaputra, Pengusaha dan Politisi
- Idik Sulaeman, Pendiri Paskribaka
- Mohammad Arsjad Anwar, Ekonom, Guru Besar Universitas Indonesia
- Eman Suparman, Ketua Komisi Yudisial, Guru Besar Universitas Padjajaran
- Mohamad Surya, Akademisi dan Anggota DPD RI
- Anies Baswedan, Akademisi
- Maudy Koesnaedi, Artis
- Samsudin Hardjakusumah, Musisi
- SN Ratmana, Sastrawan
- Ega Noviantika, Penyanyi
Pemekaran daerah
Kota Kuningan
Ada 16 kecamatan di Kota Kuningan
Referensi
- ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15.
- ^ Jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan tahun 2007 menurut BPS Provinsi Jawa Barat
Pranala Luar
Media Online Kuningan
Warta Kuningan